Narsistik Nggak Sama dengan Self-Love, Bro!
Ditulis oleh Curcool Official pada May 22, 2025

Pernah nggak sih kamu punya teman yang selalu pengen jadi pusat perhatian, gampang tersinggung kalau dikritik, dan suka banget ngerasa paling benar? Terus kamu mikir, “Jangan-jangan dia narsistik deh…”

Tapi jangan judge dulu. Narsistik itu apa, sih sebenarnya?

Narsistik Adalah...

Secara umum, narsistik adalah sikap atau pola pikir yang berpusat pada diri sendiri secara berlebihan, sampai-sampai empati buat orang lain tuh nyaris tidak ada sama sekali. Tapi ini baru permukaan aja, lho.

Kalau udah sampai level ekstrem dan mengganggu relasi sosial, bisa jadi itu masuk ke dalam gangguan kepribadian narsistik atau Narcissistic Personality Disorder (NPD). Nah, NPD ini bukan cuma soal kepribadian "sombong" biasa, tapi udah masuk ranah klinis yang perlu ditangani serius.

Kalau Menurut Teori Psikologinya

Menurut DSM-5, seseorang bisa didiagnosis NPD kalau menunjukkan pola jangka panjang dari hal-hal berikut ini (minimal 2 dari 4 gejala):

  1. Identitas: Nilai diri tergantung banget dari penilaian orang lain, bisa cepat berubah antara merasa paling hebat atau sangat rendah.
  2. Tujuan hidup: Fokus dan tujuannya nyari pujian atau validasi, bukan tujuan yang bermakna.
  3. Empati: Sulit memahami perasaan orang lain, kecuali kalau itu menyangkut dirinya sendiri.
  4. Hubungan: Relasi cenderung dangkal, lebih untuk memuaskan ego daripada koneksi yang tulus.

Dan dua ciri khasnya:

  • Grandiositas: Ngerasa lebih hebat dan paling tahu dari orang lain, suka merendahkan.
  • Suka cari perhatian: Butuh dikagumi terus-menerus.

Membahas mengenai teori, ada teori Teori psikodinamik (misalnya dari Heinz Kohut dan Otto Kernberg) yang menekankan bahwa di balik sikap arogansi seorang narsistik, sebenarnya ada luka batin dan harga diri yang rapuh. Sehingga, mereka memakai sikap "sombong" sebagai tameng dari rasa takut ditolak atau dianggap tidak cukup.

Stigma NPD di Kalangan Gen Z

Saat ini, istilah NPD sendiri menjadi trend dikalangan Gen Z. Banyak Gen Z yang menyebut orang "toxic" atau "red flag" cuma karena mereka percaya diri atau suka tampil adalah NPD. Padahal nggak semua yang kelihatan "pede" itu narsistik. Bisa jadi, orang yang di-cap "narsistik" saat ini sedang berjuang banget secara emosional.

Sangat disayangkan sekali, dengan adanya “stigma” tersebut bisa jadi dapat membuat orang yang benar-benar memiliki NPD akan menjadi malu atau takut untuk mencari bantuan. Atau lebih parahnya, mereka akan semakin menutup diri dan menyakiti orang lain karena tidak dipahami.

Narsistik vs Self-Love: Tipis Tapi Beda Jauh

Sekilas mirip, tapi sebenarnya beda arah.

Ada banyak pendekatan yang lebih manusiawi dan tetap efektif, misalnya:

  • Self-love itu sehat. Kamu menerima diri, tahu batasan, dan bisa sayang sama diri sendiri tanpa harus merendahkan orang lain.
  • Narsistik (apalagi NPD) justru sering dibalut dengan rasa tidak aman yang dalam. Mereka butuh validasi terus-menerus, dan kadang memanipulasi orang lain buat ngerasa ‘berharga’.

Jadi, orang yang suka healing, journaling, atau selfie di depan kaca bukan berarti narsistik, ya! Bisa jadi mereka justru lagi proses mencintai diri sendiri.

Cara Menghadapi Orang yang Narsistik

Kalau orang sekitarmu memiliki ciri-ciri narsistik, ini beberapa hal yang bisa dicoba:

  1. Tetapkan batasan. Nggak egois kok kalau kamu bilang “enggak” ke hal yang bikin kamu nggak nyaman.
  2. Jangan terpancing drama. Mereka bisa jago bikin kamu ngerasa bersalah padahal bukan salahmu.
  3. Validasi seperlunya Bukan menjilat, tapi kadang mereka cuma butuh didengar.
  4. Arahkan dengan empati. Kalau kamu deket banget sama dia, coba obrolin dengan tenang. Siapa tahu dia nggak sadar dan butuh bantuan.

Kita semua punya sisi narsistik dalam kadar tertentu, dan itu manusiawi. Tapi kalau sampai merusak relasi atau bikin orang di sekitar merasa ‘kecil’, saatnya refleksi diri.

Jangan buru-buru nge-judge. Jangan juga menormalkan toxic traits. Karena paham perbedaannya adalah bentuk tertinggi dari self-awareness. Dan self-awareness adalah awal dari self-love yang sesungguhnya.

Kalau kamu punya pengalaman berurusan dengan orang yang sikapnya bikin kamu merasa kurang nyaman, atau kamu sendiri lagi takut disalahpahami karena dianggap “terlalu fokus sama diri sendiri”, cerita yuk. Bisa jadi kamu cuma butuh sudut pandang baru.

Ikuti Kegiatan Kami :

ig
Tiktok
WhatsApp
Youtube
Curcool Event