Mental health bukan cuma soal “overthinking” atau “burnout karena kerja.” Ada satu faktor besar yang sering terlupakan: kondisi sosial ekonomi. Yup, kesehatan mental dan dompet ternyata punya hubungan yang lebih dekat dari yang kita kira.
Banyak orang bilang, uang bukan segalanya. Tapi coba deh hidup sehari aja tanpa uang yang cukup. tidak bisa makan dengan layak, mengerjakan tugas sekolah/kuliah yang butuh modal, atau sekadar bayar kos. Beban hidup seperti ini bisa bikin stres menumpuk dan akhirnya berdampak ke mental health.
Kemiskinan bukan cuma tentang kurangnya materi, tapi juga bisa memicu perasaan gagal, rendah diri, bahkan putus asa. Studi menunjukkan, orang dengan kondisi ekonomi rendah punya risiko lebih tinggi mengalami gangguan seperti depresi dan kecemasan.
Saat keuangan lagi morat-marit, tekanan hidup bisa datang dari segala arah. Tagihan yang nggak bisa dibayar, pekerjaan yang nggak pasti, sampai ketidakmampuan mengakses layanan kesehatan, termasuk layanan psikologis. Sayangnya, kondisi ini masih sering dianggap “biasa” dan banyak yang memilih memendam karena takut dianggap lemah.
Ketidakpastian finansial kadang bikin kamu harus jadi dewasa sebelum waktunya, kerja keras demi keluarga, dan nggak punya ruang buat bilang, “Aku lelah.”
Buat Gen Z, hidup di era serba cepat dan kompetitif ini tidak mudah, apalagi kalau dibarengi dengan tekanan ekonomi. Kamu dituntut sukses muda, tampil keren di media sosial, tapi di balik layar masih mikir: “Uang buat bayar kuliah dari mana ya?”
Tekanan seperti ini bisa bikin Gen Z rentan mengalami gangguan mental, apalagi kalau support system-nya nggak kuat. Di sinilah pentingnya kita mengerti bahwa tekanan hidup dan kesehatan mental Gen Z punya hubungan yang sangat erat.
Bukan cuma isi dompet, lingkungan tempat kita tinggal juga punya pengaruh besar. Tinggal di lingkungan yang nggak aman, penuh konflik, atau minim akses pendidikan bisa bikin seseorang merasa nggak punya harapan. Sementara itu, orang yang tumbuh di lingkungan suportif, walau ekonominya pas-pasan, bisa lebih tahan banting secara mental.
Nggak bisa dipungkiri, status sosial memang bisa berpengaruh ke mental health. Tapi itu bukan akhir cerita. Yang kita butuh sekarang adalah lebih banyak kesadaran dan empati.
Mental health itu hak semua orang, tidak peduli isi rekening atau status sosial, karena setiap orang punya permasalahan masing-masing, tapi nggak semua orang punya kesempatan untuk didengar.